Kamis, 03 Desember 2009

Kualitas Pendidikan Terbaik di Dunia


Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas pendidikan adalah Finlandia. Kualitas pendidikan di negara
dengan ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.

Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.

Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.

Finlandia tidaklah menggenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan
negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.

Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis.

Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya
ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.

Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang
mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa.

“Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian.” ungkap seorang guru di Finlandia. “Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar betanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri,” kata Sundstrom, kepala sekolah di SD
Poikkilaakso, Finlandia, “Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas.


Guru tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa
kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah.” Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah.

“Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan. ” sambungnya. Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.

Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka.

Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah!” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.

“Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa,” kata seorang guru,

“Maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.”

Benar-benar ucapan guru yang bertanggungjawab.

Diambil dari “Top of the Class” Fergus Bordewich.

Salaam Great Teacher,

Amin Fa.

Kamis, 15 Oktober 2009

SAAT SEORANG GURU HARUS TAHU KAPAN MENILAI MURIDNYA

Sambungan . . .

Guru harus mengetahui apakah kondisi siswa sudah siap untuk diajarkan dan menerimanya sebagai fasilitatornya, ini seperti petani memastikan apakah tanah ladangnya memang sudah siap untuk langsung ditanam atau harus dipupuk dan diamkan sejenak, ini bagi seorang guru hal yang sangat penting, karena murid yang tidak memberikan HAK MENGAJAR kepada gurunya, sama dengan tanah yang tidak siap ditanam.

Setelah guru memastikan siswa telah memberikan hak mengajarnya, maka guru harus mempersiapkan sebuah aktifitas belajar yang bisa difahami murid dengan cara yang paling mudah, sehingga AKARNYA BISA MASUK DENGAN MUDAH, artinya TIDAK ADA PELAJARAN YANG SULIT bagi SEMUA SISWA. Bila telah sampai pada kondisi ini maka seorang guru telah masuk kedalam orbit GURU PROFESIONAL. Guru telah MEMASTIKAN kondisi dan materi yang akan bisa diserap siswa, seperti sebuah spon busa menyerap air, dengan begitu guru sudah mempersiapkan siswa untuk belajar bersamanya dengan cara terbaik dan termudah, seperti petani yang mempersiapkan biji dari bibit tanamannya.

Pada aktifitas belajarnya keadaan mental dan fisik siswa harus dipastikan berada dalam keadaaan yang tepat, maksudnya apakah pilihan bidang studinya tepat diajarkan pada waktu atau jam belajarnya tersebut. Ini sangat terkait dengan silabus yang didesain oleh GURU sesuai dengan penelitian bidang studinya yang tepat diajarkan pada waktu kapan? Seperti bidang studi Matematika, menurut penelitian sangat tepat diajarkan pada saat pagi hari, atau jam pelajaran pertama. Maka setiap guru harus benar-benar menguasai hal ini.

Selanjutnya, agar aktifitas pembelajaran dapat menjaga antusiasme siswa dalam belajar, maka guru harus memikirkan alat bantu belajar atau TEACHING AIDS yang sangat relevan dan efektif, yang memberikan dampak percepatan pemahaman atau ACCELERATE LEARNING, dan masuk kedalam memori jangka panjang atau LONG TERM MEMORY. Sehingga kualitas siswa belajar telah melampaui TOXONOMI yang paling rendah yaitu pengetahuan atau MENGHAFAL.

Dan kemudian guru harus memahami semua proses belajar harus dilaluinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh, bahwa apa yang guru tersebut rencanakan akan berhasil. Mengikuti prosesnya, mendampingi, mengontrolnya dengan kasih sayang, membantunya sampai siswa semua mengetahui, memahami dan mampu melakukan apa yang ditugaskannya, pada kondisi ini siswa telah berhasil memiliki KOMPETENSI yang diharapkan oleh guru, pada saat ini pula saat yang tepat untuk mengambil nilai dari hasil belajar, bagi seorang petani, saat itu saat yang tepat untuk memetik hasil atau buahnya. Dari tahapan pembelajaran yang tepat seperti inilah siswa keluar dari belenggu ketidak tahuan, dan ketidak mengertian dari setiap perjumpaannya dengan guru dikelas, maka sekolah yang memiliki GURU PROFESIONAL akan menjadikan sekolah – sekolah yang didalamnya TIDAK ADA SISWA YANG BODOH DAN PELAJARAN YANG SULIT, sekolah yang berbasis MULTIPLE INTELLIGENCE. SUKSES!!!

Salam Great Teacher!!

Amin Fa


Original ilustrasion from Amin Fadilah, Tubagus. S.Psi. 13 Oktober 2009

Selasa, 13 Oktober 2009

SAAT SEORANG GURU HARUS TAHU KAPAN MENILAI MURIDNYA

Mari Kita membayangkan sebuah permisalan dari kegiatan bercocok tanam, pada saat awal seorang petani ingin menanam atau memulai menanam pohon sayur mayur, misalkan pohon tomat, kacang panjang, mentimun, cabe, bawang merah dan lain sebagainya disebuah ladang, maka petani telah membuat sebuah “ILUSTRASI” nyata dibenaknya, walaupun petani tersebut sudah “SANGAT SENIOR” atau sudah sangat berpengalaman.

Apakah ilustrasi tersebut?, mari kita perhatikan berikut ini.

Pertama petani tersebut akan memeriksa “TANAH” yang akan ditanaminya tersebut, apakah dalam kondisi yang masih layak untuk langsung ditanami ataukah harus di beri pupuk terlebih dahulu, dan didiamkan beberapa waktu, untuk kemudian dicek kembali kondisi tanahnya. Bila petani tersebut sudah “MEMASTIKAN” tanah tersebut sudah siap ditanami, maka terlebih dahulu tanah tersebut “DICANGKULI AGAR GEMBUR DAN AKAR TANAMAN MUDAH UNTUK MENEMBUSNYA” dan diberi pupuk yang cocok untuk persiapan tanah tersebut agar unsur hara tanah tetap terjaga.

Kedua, petani harus sudah mempersiapkan “BIBIT YANG AKAN DITANAM”, pada saat yang bersamaan pada saat mempersiapkan tanahnya tersebut. Biasanya biji – biji dari bibit tanamannya di jemur terlebih dahulu agar kering dan mudah tumbuh tukulnya. Dan biasanya diambil dari buah yang telah dipanen sebelumnya. Dan yang tidak kalah pentingnya pada saat petani ini menanam tanaman tersebut sudah ditentukan pada saat “MUSIM” atau “IKLIM CUACANYA” yang tepat juga.

Ketiga, petani juga memastiskan persiapan yang dibutuhkan paska pencangkulan dan persiapan bibit, yaitu “ALAT-ALAT PENDUKUNGNYA”, seperti pelastik untuk menutup tanah agar tetap lembab, bambu untuk merambatnya pohn atau pelindung pohon tersebut dan lain-lainya.

Keempat, petani dengan “SABAR” harus selalu “MENGONTROL” disetiap pagi hari dan sore hari, agar dapat memastikan tidak ada tanaman liar tumbuh dan “MERUGIKAN TANAMAN” sayurnya, memperhatikan dengan perhatian yang “PENUH KESUNGGUHAN” dan “KEYAKINAN” bahwa tanamannya akan tumbuh dengan baik sesuai harapannya, dari waktu kewaktu sampailah akhirnya petani tersebut berkesimpulan untuk mencukupkan pemeliharaannya, dan saatnya “MEMETIK BUAH” dan memanennya, yang kemudian petani tersebut bersyukur hasil kerja kerasnya berhasil “SESUAI DENGAN ILUSTRASI” yang dibenaknya pada saat awal akan menanam. SUKSES!!

Perumpaman diatas adalah sebuah proses yang sunatullah (hukum alam), yang berlaku bagi seluruh aktifitas manusia dan mahluk hidup lainnya, sebenarnya ketika seorang GURU mau akan memulai masuk kedalam kelas, mereka seperti petani yang harusnya sudah memiliki ILUSTRASI sebelumnya, bagi seorang guru ini berarti mereka sebelum masuk kekelas sudah memiliki LESSON PLAN yang difikirkan matang- matang (dikonsultasikan kepada konsultannya), walaupun GURU tersebut adalah guru senior.
Bersambung . . .
Salam Great Teacher.
Amin Fa.

Rabu, 03 Juni 2009

Multiple Intelligence School


Pada dasarnya Multiple Intelligence School (MIS) didesaign dengan sistem sekolah unggul, yang artinya sekolah yang menekankan pada proses belajar, memiliki guru yang profesional, kurikulum modern, dan out come pada lulusan yang memiliki pemahaman, karakter dan budaya fikir kreatif, inovatif dan bermanfaat bagi kehidupan secara luas.

Sehingga pendekatan pengajaran dengan Holistic Brain menjadi pedoman pengajaran, selain kuriklum yang kita gunakan adalah kurikulum modern dari Dinas Pendidikan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan penerapan murni. Mulai input, proses dan output.
Perlu difahami oleh banyak fihak bahwa dengan metodologi dan tehnologi pengajaran berbasis Multiple Intelligence, kami telah mengembangkan sebuah pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dengan cara kerja otak sehingga siswa dan guru memiliki tugas dan fungsinya secara optimal, ditambah dengan pendidikan character secara aplikatif dan diawasi dengan seksama oleh team teaching.

Berikut ini adalah konsep dan kurikulum yang akan kami kembangkan di MIS :
1. Pendirian Sekolah Tingkat Basic-Midle-High berbasis Multiple Intelligence.
2. Penerapan Sistem Manajemen Sekolah Unggul berbasis Multiple Intelligence
3. Pendampingan Guru untuk penguasaan Tehnologi Pembelajaran berbasis Multiple Intelligence.
4. Assessment System Education (ASE) dalam bentuk Penilian berasis Portofolio penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ((KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), atau Kurikulum Pemerintah 2006.

to be continue . .

Salaam Great Teacher,

Amin Fa.

Jumat, 29 Mei 2009

PARADIGMA BARU SEKOLAH INTERNASIONAL BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE

1. Sekolah menjadi pusat sumber daya manusia sepanjang hayat.

2. Aktivitas sekolah berdampak langsung terhadap keluarga dan masyarakat sekitarnya.

3. Sistem kurikulum dan manajemen sekolah BOTTOM => UP. Segala yang menjadi kebutuhan masyarakat dan pelajar diangkat menjadi satu bentuk pembelajaran.

4. Setiap pelajaran terintegrasikan dengan 3 mata pelajaran utama, yaitu: · belajar tentang cara belajar. · belajar tentang cara berpikir. · belajar tentang aplikasi kehidupan sehari-hari.

5. Belajar yang menggembirakan, mengasuh, dan berpusat pada siswa.

6. Sekolah menawarkan pilihan sesuai dengan bakat siswa. Berdasar hasil dan kreativitas.

7. Pendekatan belajar holistik, kontekstual dan saling berkaitan.

8. Belajar yang memanfaatkan seluruh otak, multi indera, dan aktif secara fisik.

9. Gambar dan pengalaman konkrit sebagai landasan belajar.

10. Semua siswa dianggap pandai dan semua pelajaran mudah.

11. Guru mengajar dengan Student Talking time, Interactive book, Global analysis dan Heterogen.

12. Guru memberikan informasi berupa pengalaman sebelum sampai konsep.

13. Guru harus mengakui setiap usaha siswa, baik jawaban yang benar maupun yang salah.

14. Prioritas dalam mengajar adalah 20% penyampaian guru dan 80% aktivitas siswa.

15. Pada semua lingkungan ada proses belajar, belajar tidak hanya tidak hanya di dalam kelas.

16. Guru sebagai aktor di dalam kelas yang membuat siswa terkesima dan senang.

17. Guru mengajar menurut gaya belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan siswa.


Salaam Great Teacher,

Amin Fa.

Minggu, 24 Mei 2009

PARADIGMA LAMA SEKOLAH MODEL KONVENSIONAL


1. Sekolah hanya menjadi pusat pengajaran mulai jam 7 pagi sampai jam 2 siang.
2. Aktivitas belajarnya tidak mempunyai basis masyarakat.
3. Sistem kurikulum dan manajemen sekolah TOP à DOWN. Semua materi dikemas oleh pusat dan diteruskan ke bawah, sering terjadi kesenjangan antara pelajaran di sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4. Setiap pelajaran berdiri sendiri dan terpisah dari aplikasi kehidupan sehari-hari.
5. Belajar adalah doktrin, serius, suram, kering, kaku dan berpusat pada guru.
6. Sekolah seperti pabrik, mencetak siswa menjadi ukuran dan bentuk yang sama. Berdasar waktu dan patuh pada petunjuk.
7. Pendekatan belajar linier, mekanistis dan terkotak-kotak.
8. Belajar yang kognitif, verbal, menekankan otak kiri dan pasif secara fisik.
9. Kata-kata dan konsep abstrak sebagai landasan belajar.
10. Ada pembagian pembagian kelas menurut kepandaian siswa (kelas akselarasi)
11. Guru mengajar dengan penyakit DYSTECHIA dengan virus 4T, yaitu : Teacher talking time, Textbook & quite book, Task analysis, Tracking
12. Guru langsung mengajar tentang konsep.
13. Guru hanya mengakui setiap usaha siswa yang benar, tidak dengan yang salah.
14. Prioritas dalam mengajar 80% penyampaian guru dan aktivitas siswa hanya 20%.
15. Lingkungan belajar hanya dalam kelas yang dibatasi dinding dan bangku.
16. Guru menjadi sosok yang harus didengarkan, dituruti perintahnya dan tidak boleh dikritik dan menakutkan.
17. Guru mengajar dengan gaya belajar guru sendiri, siswa harus mengikuti gaya belajar guru dan tidak memperdulikan kecenderungan kecerdasan siswa.

Sabtu, 23 Mei 2009

PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) DALAM PERSPEKTIF SEKOLAH BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE.



Sekolah sebenarnya TIDAK BERHAK MENOLAK siswa untuk bersekolah dengan alasan tidak lulus TES MASUK dengan berbagai bentuknya.

Bulan Juni adalah bulan dimana banyak calon siswa mencari sekolah dan mendaftar kesekolah baru. Dari SD ke SMP baru, dari SMP ke SMA/K baru, begitu pula dari Taman Kanak-kanak menuju SD yang baru bagi mereka murid TK. Pemandangan ini umum terjadi di Indonesia.
Dalam proses pendaftaran siswa baru di suatu sekolah memang berbeda –beda cara dan standar penerimaan siswa barunya, namun bisa kita dengar dari para siswa maupun dari wali murid ada diantara mereka yang diterima disekolah barunnya tersebut ada yang menunggu pengumuman lulus tidaknya, dan ada yang langsung ditolak atau tidak diterima, akhirnya terpaksa mencari sekolah baru yang lainnya.
Coba kita bayangkan seandainya murid yang ditolak adalah kita atau anak – anak kita, betapa sedih dan gundah gulana perasaan dan fikiran kita, buat yang sudah diterima disekolah yang ditujunya mungkin tidak akan sepusing orang tua yang anaknya ditolak untuk masuk kesekolah tersebut. Akibat dari penolakan yang kebanyakan alasannya sangat tidak realistis dan masuk akal, dan kebanyakan orang tua pun menerima penolakan tersebut dengan anggapan sudah biasa kalau sekolah menolak muridnya tanpa alasan yang jelas.
Kekecewaan yang lebih dalam akan diderita oleh sang murid, karena dalam fikirannya mereka langsung menuding dirinya sendiri dengan perkataan “dasar memang kamu anak yang tidak mampu”, sejak penolakan dan kekecewaan tersebut sudah terbentuk didalam memori otak si anak, bahwa dirinya adalah anak yang tidak mampu, ini adalah pahatan peristiwa dan kejadian yang menghadirkan pola pikir negatif si anak terhadap dirinya pribadi, ada penolakan terhadap dirinya sendiri, perasaan rendah diri, tidak berharga, dan sekalipun kemudian dia diterima disekolah berikutnya pasti anak akan mencap dirinya sendiri dengan anak yang tidak mampu, sehingga harus menerima kenyataan sekolah disekolah yang menurutnya pribadi, adalah tidak bermutu, alias sekolahan asal – asalan dari pada tidak sekolah.
Pengelompokan anak berdasarkan tes – tes penerimaan siswa baru yang didesain sedemikian rupa agar terjadi yang namanya “Persaingan” sebenarnya tidak perlu terjadi seandainya kita menyadari bahwa sesungguhnya setiap penyelenggaraan sekolah memiliki standarisasi pendidikan yang sama, mulai dari kualitas guru, kurikulum, hingga resource yang digunakan. sehingga seleksi penerimaan siswa baru tidak berbasis tes – tes standar yang tidak memiliki tujuan pendagogig yang jelas dan dikotomi pembagian manusia secara primordial dan tradisional, yaitu anak pandai dan anak bodoh.
Bila paradigma pengelolaan sekolah adalah paradigma sekolah unggul, berarti tidak ada sekolah yang tidak unggul didalam satu distrik atau wilayah kerja kedinasan. Sebab aturannya sudah jelas bial mendirikan sekolah harus dengan standar yang baku yaitu sekolah unggul, agar disuatu masa kedepan masyarakat tidak diombang ambingkan dengan adanya dikotomi sekolah unggul dan sekolah tidak unggul, ya kalau diterima oleh sekolah unggul siswa tidak kecewa, tapi ketika ditolak atau tidak lulus akibatnya kekecewaan yang mendalam seperti ilustrasi diatas akan dialami oleh banyak sisiwa, itu berarti kita sedang melakukan pembantaian massal terhadap masa depan bangsa, yaitu generasi muda harapan bangsa yang patah semangat dan tidak percaya diri.
Dalam urusan mendidik, sebenarnya yang paling menentukan adalah bagaimana mental belajar dan rasa percaya diri yang tinggi bisa ditumbuhkembangkan oleh seorang fasilitator/ guru, sebab dengan modal keberanian dan motivasi diri yang benar akan melahirkan antusiasme belajar dan dapat mewujudkan tujuan yang kuat dalam menilai proses pembelajaran selanjutnya, bila goal dalam belajar telah selesai dipelajari dan dipegang kuat oleh siswa maka, prestasi dalam memahami pelajaran apapun akan memberikan kemudahan bagi dirinya, ini sama artinya siswa diberikan pembelajaran untuk memahami siapa dirinya sebenarnya (Aku Diri), bila kita perhatikan kebanyakan siswa berhasil dikelas karena faktor ini dimilikinya secara pribadi, maka kekuatan diri yang terbangun akan menjadi modal yang baik untuk masa depan pelajar tersebut.
Baiklah kita sudah mau menyepakati pemahaman diatas, itu artinya hal pokok ini jangan dipatahkan, di hancurkan atau dirubuhkan sejak penerimaan siswa baru, apakah hanya dengan cara – cara seperti itu saja yang membuat sekolah sukses mengajar? Kebanyakan sekolah yang penerimaan siswanya menggunakan seleksi kognitif, bukanlah sekolah unggul melainkan sekolah yang inputnya (murid) saja unggul, tetapi kemampuan gurunya tidak pernah ada up grading teaching skill dan meaner –nya, jadi bisa saja kalau guru – guru disekolah tersebut dipindahkan ke sekolah yang underdog akan kelihatan ketidak mampuannya dalam mengajar.
Maka solusi yang tepat bagi sekolah anak bangsa adalah sekolah yang tidak berorientasi unggulnya hanya pada input (murid) melainkan berorientasi pada proses (kemampuan tertinggi gurunya) dalam mendidik siswa dari tidak bisa apa – apa menjadi bisa apa (kompetensi).
Bila ini yang kita inginkan (sekolah berbasis kemampuan-kompetensi) maka hal pokok yang harus diketahui oleh seorang fasilitator dalam mendidik dan mengarahkan kepada kemampuan tertinggi siswanya, harus memiliki skill dalam mengajar dengan tehnologi teaching yang tinggi (high), atau kami biasa menyebut Teaching Technology (tehnologi pengajaran) yang berbasis kemampuan manusia. Dengan tehnlogi ini maka guru dapat membimbing siswa sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (talenta) dan meningkatkan kemampuan mentalnya dalam proses belajar. Mendidik sampai kepada kemampuan yang memadai adalah tugas mulia yang dipikul oleh seorang fasilitator/ guru, maka untuk memudahkan para fasilitator, mereka harus dibantu dengan sebuah alat riset yang dapat menemukan kecenderungan hal itu, maka teaori Multiple Intelligence telah memberikan arahan untuk melakukan riset MI terlebih dahulu sebelum membuat sebuah strategi dan menerapkan pengajaran bertehnologi tinggi.
Pada proses penerimaan siswa baru, menggunakan riset MI, dengan menggunakan riset ini siswa sudah ditemukan apa kecenderungan tertingginya dan kelak akan dimasukan dalam kelas yang sesuai dengan rumpun kecerdasannya, dan yang lebih penting lagi tidak ada siswa yang mengalami kekerasan mental, kekecewaan yang mendalam dan pembunuhan karakter, sehingga siswa merasa dihormati sebagai manusia dan diberinya keyakinan bahwa mereka memiliki kecerdasan yang dianugrahkan Tuhan untuk mengarungi kehidupan sesuai dengan keinginan dan bakatnya. Tidak adanya penolakan dalam bentuk hasil tes yang tidak jelas manfaatnya, melainkan setelah jumlah bangku dibayar oleh orang tua murid, segera panitia PSB menutup pendaftaran, dan menyatakan jumlah murid sudah terpenuhi, bukan ditolak karena tidak lulus tes.
Akhirnya mari kita segera menyadari dan mau membuka diri untuk merubah cara – cara lama untuk menerima siswa dengan cara menerima siswa apa adanya dan segera meningkatkan kemampuan mengajar pada fasilitator/ guru yang ada. Ingatlah sekolah – sekolah tersebut dibangun untuk mendidik anak – anak kita menjadi orang yang lebih baik pandangan hidupnya dan cara berfikirnya, dibanding kita yang telah berlalu masa kejayaannya.

Salam Great Teacher.
Amin Fa.

Senin, 16 Maret 2009

Apa itu Gaya Belajar ?

Dalam kuliahnya, Bobby de Porter, penulis buku Quantum Teaching, mengatakan bahwa sebenarnya kecepatan otak manusia dalam menerima informasi secepat kita menekan tombol ‘on’ sebuah senter sampai cahaya terpantul di dinding. Dapat dibayangkan betapa cepatnyanya.Ketika dihitung kecepatan informasi masuk ke otak adalah 1.827 km/jam. Artinya apabila guru mengajar bidang studi apapun kepada para siswanya, mestinya materi yang disampaikan mampu dicerna oleh otak kita dengan cepat (quantum). Lalu timbul pertanyaan, kenapa kog sedikit sekali materi pelajaran dapat dimengerti dan ditangkap oleh otak kita.

Ternyata ada penyebab utama hal itu terjadi, yaitu apabila ‘gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, maka tidak ada pelajaran yang sulit dan semua pelajaran akan mudah dicerna dan diingat oleh otak’.Artinya ada rumus ajaib yang perlu dipahami guru dan siswa, yaitu ‘GAYA MENGAJAR = GAYA BELAJAR’. Apabila dua gaya ini tidak sesuai, maka lahirlah pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan.Gaya Mengajar dimiliki oleh guru/ presenter/ penyampai informasi, sedangkan Gaya Belajar dimiliki oleh siswa/ audiens/ penerima informasi. Lalu bagaimana mengetahui gaya belajar masing-masing siswa?

Gaya belajar seseorang adalah cara yang paling mudah sebuah informasi masuk ke dalam otak orang tersebut. Artinya apabila kita mengetahui kecenderungan kecerdasan seseorang dari multiple intelligences-nya (kecerdasan majemuk) maka kita akan mengetahui gaya belajar orang tersebut.Masih menjadi pertanyaan, bagaimana mengetahui kecenderungan kecerdasan seseorang yang mana akan terlihat gaya belajar tersebut?

Jawabannya adalah dengan alat riset yang bernama Multiple Intelligence Research (MIR). Apabila seseorang diriset dengan MIR, maka akan terbaca kecenderungan kecerdasan dan gaya belajarnya, mulai dari skala tertinggi sampai terendah.Hasil MIR ini merupakan data yang sangat penting untuk diketahui oleh guru dan siswanya, agar rumus ajaib

JIKA GAYA MENGAJAR GURU = GAYA BELAJAR SISWA,

MAKA TIDAK ADA PELAJARAN YANG SULIT,

dapat tercapai.

Selasa, 24 Februari 2009

Cuplikan Buku MKSAA

Howard Gardner
Howard Gardner dilahirkan di Scranton, Pennsylvania pada 1943. Orang tua nya telah melarikan diri dari Nürnberg, Negara Jerman pada 1938 dengan putra tertua mereka, Eric. Tepat sebelum kelahiran Howard Gardner'S, Eric dibunuh di dalam suatu kecelakaan kereta salju. Dua peristiwa ini tidaklah dibahas selama masa kanak-kanak Gardner'S, tetapi akan mempunyai suatu dampak yang sangat penting ketika dia melakukan pengembangan dan pemikirannya ( Gardner 1989: 22). Akibat kematian Eric, peluang Gardner untuk aktivitas phisik yang dengan penuh resiko sangat dibatasi, dan tetapi tuntutan terhadap kegiatan intelek dan kreatif sangat didukung. Sebagai akibatnya Howard mulai untuk menemukan 'sejarah rahasia' milik keluarga ( yaitu identitas Yahudi-nya) ia mulai mengenali bahwa ia adalah berbeda dari kedua orang tua dan dari panutan nya.
Orang tua nya ingin mengirimkan Howard ke Phillips Akademi di Andover Massachusetts- tetapi ia menolak. Sebagai gantinya ia pergi ke suatu sekolah yang berkenaan dengan persiapan ke Wyoming Seminari, dekat Kingston, Pennsylvania. Howard Gardner nampak mempunyai peluang ke sana dan untuk menimbulkan minat dan mendapat dukungan beberapa guru yang sangat mampu. Dari sana ia pergi ke Harvard Universitas untuk belajar sejarah sebagai persiapan untuk suatu karier hukum. Bagaimanapun, ia cukup beruntung mempunyai Erikson Eric sebagai guru privat. Didalam kata-kata Howard Gardner'S Erikson mungkin ' yang simpan rapi' ambisi nya untuk menjadi seorang sarjana ( 1989: 23).
Pikiranku sungguh dibuka ketika aku pergi ke Harvard University dan mempunyai kesempatan untuk belajar di bawah bimbingan yang individual dan sebagai ahli analisa jiwa Erik Erikson, sarjana sosiologi David Riesman, dan psikolog teori Jerome Bruner, yang mana mereka sedang menciptakan pengetahuan tentang manusia. Aku membantu untuk penyelidikan tentang kemampuan alami manusia dalam berfikir. ( Howard Gardner yang dikutip oleh Margarin n Sherer 1999).
Howard Gardner'S berminat pada psikologi dan ilmu-ilmu sosial ( disertasi senior nya adalah pada suatu komunitas California baru) dan ia lulus summa cum laude di tahun1965.
Howard Gardner kemudian pergi ke bekerja untuk suatu periode ringkas dengan Jerome Bruner pada MACOS Proyek yang terkenal (' Suatu bahan pengajaran'). Pekerjaan Bruner's, yang terutama sedang dalam proses Pendidikan ( 1960) akan membuat suatu dampak dalam, dan pertanyaan bahwaprogram acara yang diminta akan ditemukan suatu gema pada minat yang Gardner'S yang berikutnya. Selama waktu ini ia mulai untuk membaca pekerjaan Claude Levi-Strauss dan Piaget Jean secara lebih detil. Ia masuk program acara doktoral Harvard'S di tahun 1966, dan di tahun berikut menjadi bagian dari ‘Project Zero’ regu riset pada pelajaran seni ( dengan mana ia telah tinggal dilibatkan memberikan hadiah). Howard Gardner menyelesaikan Phd nya di (dalam) 1971 ( uraian nya adalah pada kepekaan gaya anak-anak). Ia tinggal di Harvard. Di samping sepanjang pekerjaan nya dengan Project Zero ( ia sekarang co-directs nya dengan David Perkins) ia adalah salah satu pemberi ceramah/ dosen ( 1971-1986) dan kemudian profesor di (dalam) pendidikan ( 1986-). buku utama Pertama nya, The Shattered Mind muncul di tahun 1975 dan sudah diikuti sekitar lima belas buku sesudahnya. Howard Gardner sekarang ini Hobbs Profesor dan Pengamatan Pendidikan di Harvard Lulus Sekolah tambahan yang berarti profesor dan Pendidikan ilmu penyakit saraf di Boston Universitas Sekolah Kedokteran.
Project Zero disajikan pada satu lingkungan di mana Howard Gardner bisa mulai untuk menyelidiki minatnya akan pengamatan manusia. Ia meneruskan di (dalam) suatu arah sangat berbeda kepada ceramah yang dominan dihubungkan dengan Piaget dan dengan pengujian psychometric. Project Zero dikembangkan sebagai riset utama untuk pendidikan- dan menyajikan suatu rumah intelektual untuk suatu pengelompokan peneliti penting. Suatu saat/momen kunci datang dengan penetapan dari Proyek pada Potensi Manusia selesai pada 1970an (yang dibiayai oleh Yayasan Bernard van Mengerling) untuk ' menilai status pengetahuan ilmiah mengenai potensi manusia dan perwujudan nya'. Hasilnya adalah buku Frame of Mind ( 1983), merupakan buku Howard Gardner pertama dari statemen teori nya Multiple Intelligence.
Howard Gardner dengan teori multiple intelligence-nya, memandang kecerdasan dari ' kapasitas untuk memecahkan permasalahan atau ke produk budaya' ( Gardner & Hatch, 1989). Ia meninjau literatur [yang] menggunakan delapan ukuran-ukuran atau ' tanda' dari suatu kecerdasan:
1. Pengasingan potensial karena kerusakan otak.
2. Keberadaan orang idiots savants, keajaiban dan individu pengecualian lain.
3. Suatu operasi inti bisa diidentifikasi atau satuan operasi.
4. Suatu sejarah pengembangan membedakan, bersama dengan suatu satuan yang dapat dijelaskan ' end-state' perfomance-nya.
5. Suatu sejarah evolusiner dan hal yang masuk akal evolusiner.
6. Dukungan dari tugas psikologi eksperimen.
7. Dukungan dari penemuan psychometric.
8. Kepekaan untuk menyandi (kode) di (dalam) suatu sistem simbul.
( Howard Gardner 1983: 62-69)

Untuk mendapatkan suatu sebutan Intelligence pada suatu teori harus lebih dulu mencukupi bidang ukuran-ukuran ini dan harus meliputi, sebagai prasyarat, kemampuan untuk memecahkan ' berbagai kesulitan atau permasalahan ' ( ibid.: 60) di dalam pengaturan budaya tertentu. Pembuatan penghakiman tentang ini adalah, bagaimanapun, ' yang mengingatkan kepada lebih banyak suatu penghakiman artistik dibanding suatu penilaian ilmiah' ( ibid.: 62).

REDEFINISI KECERDASAN

Definisi tentang kecerdasan dimulai ketika kebutuhan akan istilah kecerdasan mengemuka dikalangan masyarakat Prancis. Kebutuhan untuk mengetahui arti dan pentingnya ukuran kecerdasan manusia dapat dikatakan berawal di Paris tahun 1900, ketika Menteri Pendidikan Perancis dan para pemimpin kota Paris berbicara dengan seorang ahli psikologi bernama Alferd Binet tentang sebuah permintaan yang tidak biasa yaitu: Apakah dia dapat merancang semacam ukuran yang dapat memperkirakan anak muda mana yang akan sukses dan mana yang akan gagal dari sekolah dasar di Paris?

Binet dengan segala kemampuannya diminta oleh penguasa sebagai penyampai alasan akademis dan profesional pada saat itu tentang pintu nasib dari jutaan kaum buruh. Bagi yang berhasil melewati pintu Binet, maka orang tersebut akan mempunyai profesi yang baik, jika gagal melewati pintu tersebut hanya kekuatan otot yang dipertaruhkan. Bagaimana pintu itu bekerja, Binet berhasil dan lahirlah IQ Test. Sejak saat itu dimulailah perkembangan teori-teori kecerdasan dari ahli-ahli psikologi dunia.